Dengan siapa aku melangkah menelusuri jalan kehidupan ini ?
Wanita ?
Syetan ?
Tuhan ?
Ataukah hanya dengan diriku sendiri ?
Jika aku melangkah bersama wanita, aku akan bertanya pada dirinya..
Kemana engkau akan pergi melangkah ? akan kau bawa kemana jiwa dan raga ini ? mampukah engkau menjaga dan mengajari hati untuk isi buku hidup saya ? wajar saya bertanya seperti itu, sebab saya laki-laki.
Jika aku ini melangkah menelusuri jalan kehidupan bersama Syetan dan kawan-kawan yang lainnya, Kenapa sampai saat ini aku enggan mengikuti petunjuknya, mentaati petuah dan segala peraturannya ?
Kenapa aku tidak mencuri uang rakyat saja atau kotak amal masjid gitu ? atau yang paling buruk sekali, setidaknya mencabuli wanita muda bahkan belia sekalipun
Yang seyogianya itu keinginan si syetan.
Aku masih bertanya pada teman hatiku, kawan jiwaku, guru nuraniku.
Dengan siapa aku melangkah…?
Apa mungkin aku melangkah dengan Tuhanku ??
Sejenak aku berfikir, mengingat tenatang sujudku yang sehari wajib mencapai 17kali, kadang pula hanya 8kali,15kali, 14kali yang aku jalani, bahkan 2kali atau tidak sama sekalipun pernah aku jalani.
Belum lagi kebocoran puasaku di bulan ramadhan yang belum terbayar, Tentang zakat yang belum di lunasi.
Soal syahadat yang belum sempurna,
Tentang perintah hadir di tanah suci.
Untuk selalu menolong orang yang lemah, untuk selalu berbuat baik,Beramal shaleh, memelihara anak yatim, memerdekakan para budak,
Berjihad, berperang melawan kezaliman.
Ahh…selama ini aku hidup, apakah semua ini telah aku jalani ?
Masih berfikir tentang dengan siapa aku melangkah,,
Jika aku melangkah dengan diriku sendiri, menuruti kehendak sendiri,menjunjung sikap otoriter mempriyoritaskan untuk si tangan, kaki, mata, telinga, hidung,dan hati sendiri, Egoistis
Tanpa memperdulikan wanita untuk pendamping hidup, yang Muhammad bilang menikah itu ibadah,
Tanpa memperhatikan syetan itu ada dimana, yang kenyataannya memang selalu disekitar manusia seperti kita,
Tanpa menyadari sedikitpun bahwa masih adakah sinyal-sinyal Tuhan di hati kita sendiri.
Yang sesungguhnya Dia tempat bersandar, sekalipun Dia bukan sofa,
Jika saja aku jalani hidup ini tanpa wanita sebagai pendamping hidup, sebagai pemberi peringatan salah benarnya, segala baik buruknya dan ketidak mengertiannya aku,,
Jika aku jalani ini tanpa syetan sebagai lawan taruhan kuat keimanan dan kebenaran diri ini,
Apa mungkin aku bisa jalani hidup ini tanpa adanya Tuhan dihatiku ? apa mungkin aku masuk syurga-Nya, apa mungkin aku mengerti dengan semua yang ada dalam kehidupan ini, apa aku mengerti setiap rahasia-Nya ?
yang sesungguhnya semua ini hanya milik dan maha kehendak-Nya,
“ Lalu Dengan Siapa Aku Melangkah ? “