aku berkata dalam hati,apa cukup seribu rupiah untuk makan?hingga larut malam aku masih memikirkan uang seribu yang tadi kuberikan pada bapak tua itu,sejenak anganku melihat kawasan senayan,serasa aku berada di jakarta, meratapi nasib bapak yang sama,akupun bertanya pada diriku sendiri,kenapa musti ada orang seperti mereka di setiap simpang jalan?pasti dia orang miskin,atau benar-benar melarat?loh ko bisa??
bukankah negara ini banyak harta,atau uang,kenapa ngga dikasih aja mereka 5juta perkepala dari 25M yang sedang diperebutkan oleh sebagian orang Besar?dicimahi atau dikota-kota lainnya bukannya berdiri tembok perusahaan atau dinding pabrik besar-besaran.bukannya mereka bayar pajak?ko bisa masyarakatnya meminta kepada saya, padahal saya bukan walikota,bupati,atau pegawai dinas perpajakan,aduh bingung saya, mau tanya,tanya kesiapa?renungan tadi belum habis sampai fajar tiba,huh orang seperti aku mikirin rakyat sampai semalaman,lalu apa yang mereka pikirkan dari jam 8pagi sampai jam 3sore?Ya Allah semakin bingung aku ini.orang bilang jangan dipikirin,ya sudah aku nda mau mikirin,sekarang bapak-bapak,atau pegawai pemerintah saja yang mikirin mereka.dan kembalikan uang saya.